UAS TEORI EKONOMI
MATERI : KONSEP BACKWARD BENDING SUPPY DI SEKTOR TENAGA KERJA
OLEH :
ISMI ALAWIYAH
23212843
SMAK 06
Ekonomi pada umunya akan selalu terkait dengan faktor produksi, khususnya tenaga kerja. Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi
adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang
dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan.
Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas
cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam
maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut
sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa
ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor
produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).
Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah kesempatan kerja yang akan
digunakan oleh suatu perusahaan pada saat upah tenaga kerja berubah, dengan
asumsi modal tidak berubah. Kurva permintaan tenaga kerja ditentukan oleh kurva
nilai produk fisik marjinal karena nilai produk fisik marjinal tenaga kerja
menurun pada saat lebih banyak pekerja yang disewa, maka penurunan tingkat upah
akan meningkatkan permintaan tenaga kerja.
Kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang
Dalam jangka pendek, faktor produksi modal dianggap tetap sebesar K0.
Dasar pengusaha untuk menambah atau mengurangi pekerja adalah dengan
memperkirakan tambahan output yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan
penambahan seorang pekerja (marginal physical product of labor=MPPL).
Selain itu, pengusaha perlu menghitung nilai dari produk fisik marjinal. Nilai
produk fisik marjinal tenaga kerja (value marginal physical product of
labor=VMPPL) adalah tambahan penerimaan dalam dolar yang
dihasilkan oleh tambahan pekerja, ceteris paribus. Nilai produk fisik
marjinal tenaga kerja sama dengan produk fisik marjinal tenaga kerja dikalikan
dengan harga output.
Dimana:
VMPPL =
|
nilai produk fisik marjinal tenaga kerja
|
P =
|
harga output
|
MPPL
=
|
produk fisik marjinal tenaga kerja (tambahan output yang
diperoleh sehubungan dengan penambahan pekerja) |
Jika harga output sebesar $2, maka lima orang pekerja dengan produk fisik
marjinal tenaga kerja 15 akan memberikan kontribusi bagi penerimaan perusahaan
sebesar $30 (lihat tabel). Pada nilai produk fisik marjinal terjadi hukum
penambahan hasil yang semakin berkurang karena perolehan dolar dari
mempekerjakan tambahan pekerja semakin berkurang setelah melampaui titik
tertentu. Sedangkan nilai produk fisik rata-rata (value average
physical productof labor=VAPPL) menunjukkan nilai dalam dolar
dari output yang dihasilkan pekerja.
Dimana:
VAPPL
|
= nilai produk fisik rata-rata |
APPL
|
= produk fisik rata-rata |
P
|
= harga output |
Jika harga output sebesar $2, maka lima orang pekerja dengan produk fisik
rata-rata 19 akan memberikan kontribusi nilai produk rata-rata bagi perusahaan
sebesar $38 (lihat tabel).
Perubahan tingkat upah mengakibatkan perubahan dalam permintaan tenaga kerja.
Perubahan yang terjadi dalam jangka pendek adalah perubahan yang terjadi
sepanjang garis permintaan. Besarnya perubahan dalam jangka pendek tergantung
dari besarnya elastisitas permintaan tenaga kerja, elastisitas permintaan akan
hasil produksi, proporsi biaya karyawan terhadap jumlah seluruh biaya produksi
dan elastisitas penyediaan faktor-faktor pelengkap lain. Sedangkan dalam jangka
panjang, perubahan permintaan tenaga kerja merupakan pergeseran garis
permintaan. Pertama, pergeseran ini disebabkan oleh pertambahan hasil
produksi secara besar-besaran, peningkatan produktivitas kerja karyawan dan
penggunaan teknologi baru. Kedua, pergeseran ini disebabkan oleh
produktivitas kerja. Ketiga, pergeseran ini dikarenakan perubahan dalam metode
produksi. Lihat kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang
diatas. Sebagai reaksi terhadap naiknya tingkat upah dari W1 ke W2,
perusahaan dalan jangka pendek akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dari L1
ke L2. Dalam jangka panjang, sementara perusahaan menggantikan tenaga
kerja dengan modal, perusahaan selanjutnya mengurangi tenga kerja sampai L3.
Peningkatan tingkat upah akan meningkatkan penawaran tenaga kerja. Kinerja dari faktor produksi tenaga kerja pun akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat upah akan berpengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja. Hal ini akan terus terjadi dan meningkat sampai pekerja tersebut lebih dari cukup atau kaya.
Di saat pekerja tersebut sudah merasa cukup atau kaya, maka upah tinggi dengan jam kerja tinggi tidak lagi disukai. Mereka sudah merasa cukup atas upah yang diterima. Mereka cenderung akan megurangi kembali jam kerja mereka dan menyebabkan penurunan penawaran tenaga kerja. Hal inilah yang disebut konsep backward bending supply di sektor tenaga kerja. Dalam kondisi tersebut, waktu luang lebih penting bagi pekerja kaya dibandingkan upah tambahan dari waktu kerja ekstra.
Besarnya pengaruh perubahan
tingkat upah terhadap perubahan waktu luang (dan waktu kerja) sangat
tergantung pada besarnya efek pendapatan dan efek substitusi.
Peningkatan tingkat upah akan mengakibatkan peningkatan jam kerja,
apabila efek substitusi lebih dominan dibandingkan dengan efek
pendapatan. Sebaliknya, apabila efek pendapatan lebih dominan dibandingkan
dengan efek substitusi, maka individu akan berupaya untuk mengurangi waktu
kerja dan menikmati lebih banyak waktu luang. Dengan demikian apabila efek
pendapatan lebih besar dibandingkan efek substitusi maka akan terjadi backward
bending labor supply curve.
KESIMPULAN :
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk proses produksi baik barang, maupun jasa. Peningkatan tingkat upah akan meningkatkan penawaran tenaga kerja. Kinerja dari faktor produksi tenaga kerja pun akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat upah akan berpengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja. Hal ini akan terus terjadi dan meningkat sampai pekerja tersebut lebih dari cukup atau kaya.
Di saat pekerja tersebut sudah merasa cukup atau kaya, maka upah tinggi dengan jam kerja tinggi tidak lagi disukai. Mereka sudah merasa cukup atas upah yang diterima. Mereka cenderung akan megurangi kembali jam kerja mereka dan menyebabkan penurunan penawaran tenaga kerja. Hal inilah yang disebut konsep backward bending supply di sektor tenaga kerja. Dalam kondisi tersebut, waktu luang lebih penting bagi pekerja kaya dibandingkan upah tambahan dari waktu kerja ekstra.
Besarnya pengaruh perubahan tingkat upah terhadap perubahan waktu luang (dan waktu kerja) sangat tergantung pada besarnya efek pendapatan dan efek substitusi. Peningkatan tingkat upah akan mengakibatkan peningkatan jam kerja, apabila efek substitusi lebih dominan dibandingkan dengan efek pendapatan. Sebaliknya, apabila efek pendapatan lebih dominan dibandingkan dengan efek substitusi, maka individu akan berupaya untuk mengurangi waktu kerja dan menikmati lebih banyak waktu luang. Dengan demikian apabila efek pendapatan lebih besar dibandingkan efek substitusi maka akan terjadi backward bending labor supply curve.
Are you looking for the best Data Analytics Assignment Help, which can assist you to score excellent marks in assignments? My Assignment Help assignment help experts provide the complete professional guidance to you.
BalasHapusAssignment Firm
BalasHapusAssignment Help Experts is the best Assignment Firm that helps students in writing online assignments, dissertations, and academic content at affordable prices. Contact us today!
Contact us at info@assignmenthelpexperts.com or call us at +61-3-9088-1335 for more information.
https://www.assignmenthippo.com/
BalasHapusB/W Iam the only one who see missing images or is there anyone else who cant see images ? https://www.assignmenthippo.com/
BalasHapus